Waktu yang Tepat Mengajarkan Agama pada Anak
Setiap keluarga memiliki masing-masing keyakinan yang dianut di dalamnya. Keyakinan dan nilai ini sangatlah penting karena sebagai acuan hidup di keluarga. Salah satunya ialah agama. Banyak keluarga yang sangat mementingkan agama pada kehidupannya. Mereka juga ingin menanamkan nilai agama kepada anak. Namun, sebagai orang tua terkadang kita bingung waktu yang tepat untuk mengajarkan nilai agama. Banyak yang bilang bahwa lebih sulit untuk mengajarkan anak mengenai ketuhanan dan agama dibanding mengenai akademik. Banyak orang tua yang akhirnya merasa kebingungan bagaimana dan kapan waktu yang tepat mengajarkan anaknya mengenai agama. Namun, janganlah khawatir karena di artikel ini kita akan membahas mengenai ajaran agama pada anak.
Hal yang terpenting untuk mengajarkan sebuah agama pada anak-anak ialah mengetahui perkembangannya. Dengan mengetahui usia dan tugas perkembangan kita akan tahu apa dan materi yang diajarkan pada anak. Maka mari kita simak perkembangan pemikiran agama menurut teori psikologi!
Perkembangan agama pada anak
Perkembangan kognitif psikologi digeneralisasikan dan diaplikasikan pada perkembangan pemahaman agama untuk anak. Salah satu teorinya yaitu teori perkembangan pemikiran agama oleh Ronald Goldman. Ronald dalam bukunya menulis mengenai tahapan perkembangan pemikiran agama pada anak-anak. Pemikirannya ini didasarkan pada hasil penelitiannya di Inggris dengan mengadaptasi teori psikologi kognitif dari Jean Piaget. Berikut teorinya :
- Tahapan 1
Pada masa ini, anak-anak sedang dalam tahap kognitif berpikir secara pra-operasional. Pada masa ini, anak-anak mulai menggunakan tanda dan simbol untuk merepresentasikan objek di kehidupan nyata mereka. Mereka bisa mengkategorikan, namun mereka memiliki sedikit kemampuan untuk mengerti apa perbedaan antar kategori. Mereka juga belum mengerti bahwa individu atau objek bisa dikategorikan lebih dari satu kategori. Contohnya, mereka belum mengerti bahwa seorang warga indonesia bisa menjadi seorang muslim sekaligus. Mungkin anak yang sudah dari dulu dibesarkan dengan melibatkan agama tahu nama agamanya dan juga tahu bahwa ia juga memiliki keterkaitan dengan agama tersebut namun mereka sangat sedikit mengerti apa yang membedakan antara nilai agama dirinya dan yang lainnya.
- Tahapan 2
Sepanjang usia sekolah dasar, pemahaman anak mengenai agama juga mulai meningkat. Pada usia ini ada di tahap operasional konkret. Maksudnya, cara berpikir anak berfokus pada sesuatu yang konkret yang dapat diamati seperti sebuah perilaku. Begitupun dengan agama. Pada tahap ini, anak berpikir tentang agama juga didasarkan pada perilaku yang dapat diamati, bukan pada pikiran, perasaan, dan motivasi. Contohnya, ketika anak-anak pada usia ini diminta untuk menjelaskan mengenai doa, mereka fokus pada aktivitas doa, bukan pada perasaan dan keyakinan batin yang dapat diungkapkan oleh orang yang lebih dewas ketika berdoa .
- Tahapan 3
Terakhir, pada fase ketiga yaitu dimulai pada masa awal remaja. Dalam usia ini sudah memiliki pemikiran yang formal operasional. Artinya, pada tahap ini anak sudah bisa mengerti tentang konsep abstrak serta refleksi pribadi dan eksplorasi keyakinan, nilai, dan praktik keagamaan. Mereka sudah bisa mengerti dan membedakan praktik agama dan nilai agama. Ronald mencukupkan hingga fase ketiga karena ia melihat adanya persamaan antara anak remaja dan orang dewasa dalam menjawab pertanyaan penelitiannya.
Kapan kita harus mengenalkan agama?
Jawaban terbaik adalah sedini mungkin. Kita bisa mengamalkan ajaran agama bahkan pada saat anak berada dalam kandungan ibu. Dalam kandungan. keluarga sudah bisa melakukan pembiasaan-pembiasaan nilai agama, ajaran agama dan tentunya praktik agama. Masuk fase pada anak setelah lahir, keluarga dan orang tua sangat bisa menjadi model terbaik dalam perjalanan anak mengenal agama. Ingatlah, bahwa dengan mengetahui tahapan perkembangan pemikiran agama pada anak akan membantu orang tua dalam mengajarkan dan lebih memahami anak. Sangatlah dianjurkan untuk memperkenalkan dan mengajarkan agama berdasarkan tahapan perkembangan anak. Dengan begitu, pengajaran agama pada anak akan jauh lebih maksimal. Orang tua juga tidak perlu memaksa anaknya untuk mengerti apabila memang itu bukan tahapnya. Seringlah berbicara dengan anak mengenai topik keagamaan dan juga jadilah contoh atau model terbaik untuk anak.
Oleh Salsabilatuzzahra Jaha S.Psi dari BehaviorPALS Center
Sumber :
Bridges, L. J., & Moore, K. A. (2002). Religion and spirituality in childhood and adolescence. Washington, DC: Child trends.
https://eclass.uoa.gr/modules/document/file.php/PPP265/Religion%20and%20Spirituality.pdf
Agama, Parenting,
Children 4 Years - 6 Years / 4 Tahun - 6 Tahun / Parenting / Pola Asuh / Family / Keluarga / Waktu yang Tepat Mengajarkan Agama pada Anak
Comments