Tanda - tanda Toxic Parenting
Menjadi orang tua tidak pernah mudah. Anda harus mengatur waktu antara pekerjaan, pekerjaan rumah, dan mengasuh anak-anak, sambil memastikan mereka aman, bersenang-senang, dan belajar. Ini terkadang memicu stres. Tanpa sadar kita mungkin memproyeksikan stres itu ke anak. Jika diteruskan, hal itu dapat membahayakan tumbuh kembang. Oleh karena itu penting untuk mengetahui tanda-tanda stres orang tua yang dapat menjadi racun bagi anak.
1. Membandingkan anak Anda dengan anak lain.
Ketika kita menjadi orang tua, hampir otomatis kita mencoba membandingkan anak kita dengan orang lain untuk mengetahui apakah anak kita berkembang dengan baik. Kita membandingkan berat badan, saat mereka mulai tumbuh gigi pertama, apakah mereka tidur nyenyak, saat mengucapkan kata pertama, dan seterusnya. Awalnya untuk memastikan anak baik-baik saja. Bila tidak hati-hati, hal ini bisa menjadi kebiasaan bahwa kita menilai anak bukan dari siapa dirinya, tetapi sesuai dengan harapan masyarakat. Kita membandingkan mereka dan menilai mereka kurang dalam aspek-aspek tertentu. Kenapa kamu tidak bisa mengikat tali sepatu sendiri? Kenapa kamu tidak bisa menjawab guru? Kenapa kamu tidak bisa mendapatkan 90% pada tes matematika? Perbandingan ini berbahaya bagi anak-anak karena mereka akan merasa stres dan cemas. Ini juga dapat menurunkan harga diri mereka dan membuat mereka percaya bahwa mereka tidak mampu menjadi baik. Jika berkelanjutan akan mengakibatkan depresi pada masa kanak-kanak.
Apa yang bisa kita lakukan?
Penting untuk membandingkan anak dengan perkembangan anak lain dan mencari bantuan profesional bila diperlukan. Tetapi lebih penting lagi agar kita memikirkan mengapa anak kita kurang dalam aspek-aspek tertentu. Apakah kita memberi mereka kesempatan untuk berlatih? Apakah dia menikmati aktivitas tertentu itu?
Kita juga perlu menyadari apa yang kita katakan kepada anak-anak kita. Daripada mengatakan “kenapa kamu tidak bisa lebih rapi seperti Ian?” Katakan, “Ayo berlatih menulis di lantai hari ini!”
Ingatlah bahwa setiap anak berbeda dan mereka memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Mengakui kekuatan anak anda akan membantu anda sebagai orang tua untuk menghargai mereka dengan lebih baik.
2. Mengontrol anak-anak terlalu banyak
Anda mungkin menginginkan yang terbaik untuk anak dengan berusaha melindungi mereka dan melakukan segalanya untuknya. Ini bisa menjadi racun ketika anda tidak berhati-hati karena anda menghalangi dia untuk belajar dan mengembangkan keterampilan penting.
Apa yang bisa kita lakukan?
Biarkan anak anda makan sendiri, membuat kekacauan, dan membersihkan kotorannya sendiri. Biarkan anak anda bermain di taman bermain tanpa campur tangan saat mereka bertengkar dengan anak lain. Biarkan anak anda lapar dan bertanya/melihat/ atau membuat makanan sendiri. Ini akan mengembangkan kepercayaan diri dan keterampilan memecahkan masalah.
3. Mengkritik anak anda di depan orang
Misalnya, anak anda sedang mengamuk di mal karena anda memutuskan untuk tidak membelikan mainan untuknya. Mengkritik atau memarahi anak di depan orang akan menghancurkan martabatnya dan menyebabkan mereka merasa malu dan bersalah.
Apa yang dapat anda lakukan sebagai gantinya?
Penting untuk membawa anak anda ke tempat yang aman dan tenang di mana anda dapat mengatasi emosinya yang besar. Beri tahu mereka bahwa memiliki emosi yang besar tidak apa-apa tetapi perilakunya tersebut tidak boleh.. Anak anda akan tahu bahwa mereka memiliki jangkar yang aman untuk bersandar sambil tetap belajar mengatasi emosinya.
4. Memberikan label kepada anak
Menggunakan kata-kata pelabelan seperti "kamu selalu melakukan ini ..." atau "kamu adalah anak yang nakal" tidak akan membuat anak Anda memiliki ruang untuk perbaikan. Mereka merasa seolah-olah mereka adalah anak yang “nakal” dan akan selalu seperti itu. Akibatnya, mereka akan lebih mungkin untuk terus mengulangi perilaku negatif mereka.
Apa yang dapat anda lakukan sebagai gantinya?
Jangan menggeneralisasi perilakunya. Sebaliknya menghadapi perilakunya sesuai dengan apa yang terjadi pada saat itu. Misalnya, anda dapat melabeli emosinya seperti “Kamu tampak marah karena adikmu merusak mainanmu.” Ini membantu mereka menyadari apa yang mereka rasakan saat itu. Biarkan mereka marah tetapi pastikan untuk membantu mereka tenang dengan melatih ketenangan anda sendiri. Jika anda merasa frustasi, luangkan waktu dengan berjalan keluar kamar sampai anda tenang sebelum kembali untuk mengatasi emosi balita Anda.
5. Tidak mendengarkan anak anda
Mengasuh anak seharusnya tidak menjadi hal satu arah. Misalnya, anda memarahi balita karena bermain nasi. "Aku sudah memberitahumu untuk tidak bermain-main dengan itu." Kemudian lanjutkan untuk memberikan hukuman atas perilaku mereka. Anda tidak akan pernah mengerti mengapa anak Anda terus melakukan perilaku itu.
Apa yang dapat anda lakukan sebagai gantinya?
Dengarkan anak anda terlebih dahulu sebelum memberikan pendapat. Misalnya ketika anak yang berusia 3 tahun meminta lebih banyak permen, tanyakan mengapa dia menginginkan lebih. Kemudian katakan, “Kudengar kamu ingin lebih karena enak, tapi tidak baik untuk tubuhmu. Jika Anda memiliki lebih banyak, Anda mungkin sakit. ” Dengan cara ini anak akan merasa didengarkan. Ketika mereka merasa didengar, mereka akan lebih cenderung untuk patuh.
Dahlan, A. (2022). Karakteristik Toxic Parenting Anak dalam Keluarga. DIAJAR: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 1(2), 190-196.
Woods-Jaeger, B., Thompson, J. E., Foye-Fletcher, A., Siedlik, E., Chakawa, A., Dalbey, K., & Gupta, R. C. (2020). Parent engagement in an integrated care parenting intervention to prevent toxic stress. Clinical Practice in Pediatric Psychology, 8(3), 298
Toxic Parenting
Toddler 18 Months - 24 Months / 18 Bulan - 24 Bulan (Batita) / Parenting / Pola Asuh / Family / Keluarga / Tanda - tanda Toxic Parenting
Comments