Bagaimana mendisiplinkan anak?
Saat bicara tentang disiplin, di era modern parenting seperti saat ini, banyak orangtua yang bingung bagaimana membantu anak menjadi disiplin namun tidak kolot dan galak seperti orangtua jaman dahulu. Untuk itu, menjadi orangtua di zaman ini kita perlu sekali belajar dari ilmu-ilmu psikologi terbaru tentang bagaimana ilmu pengasuhan yang terkini. Sehingga kita dapat bijak mengambil keputusan dalam mengasuh anak.
Salah satu tantangan dalam mengasuh anak adalah membuat anak untuk mengikuti aturan dan instruksi di rumah, misalnya waktu bermain sudah selesai, sekarang saatnya tidur siang, atau bereskan meja makan sebelum pergi bermain ke rumah teman dan seterusnya. Seringkali anak menolak lalu menawar aturan dan instruksi yang diberikan oleh orangtua. Perilaku menawar sebenarnya bukanlah perilaku yang negatif karena dikemudian hari keterampilan adaptif tersebut akan bermanfaat untuk dirinya. Namun, tentu akan menjadi masalah apabila karena menolak dan terus-menerus menawar anak menjadi tidak mandi, tidak makan dan tidak tidur siang, padahal hal tersebut adalah kebutuhan dari anak sendiri.
Oleh karena itu, disiplin menjadi penting. Disiplin yang baik akan meningkatkan kesejahteraan anak secara fisik dan mental. Disiplin yang baik anak memastikan anak terjaga kesehatan fisiknya, serta ia memiliki pemahaman akan manfaat aturan serta pemahaman akan batasan-batasan saat ia berperilaku. Namun, bagaimana sebenarnya cara yang baik dalam mendisiplinkan anak. Menurut Psikolog anak, Pritta Tyas, M.Psi, Psikolog, cara mendisiplinkan anak yang baik adalah dengan menjadi figur autoritatif bagi anak. Figur autoritatif artinya anak merasa dipahami oleh orangtua, namun anak juga merasa penting untuk menjalankan aturan dan instruksi yang diberikan orangtua.
Aplikasi dari hal ini dalam proses mendisiplinkan anak dapat dilakukan dengan berkata baik namun tegas, atau istilahnya “kind but firm”. Contohnya, saat waktunya anak mandi namun anak masih bermain, sebagai orangtua kita bisa berkata, “adik, mama tahu adik masih asik bermain, namun sekarang sudah sore, sekarang waktunya kita mandi.”. Pernyataan, “adik, mama tahu adik masih asik bermain” ini menunjukkan bahwa orangtua memahami perasaan anak, dan “namun sekarang sudah sore, sekarang waktunya kita mandi.” menunjukkan ketegasan dalam memberikan aturan. Apabila anak menolak, kita bisa menunjukkan bahwa kita seseorang yang dapat dipercaya dengan tetap membantu anak mengerjakan instruksi yang kita berikan. Misalnya, kita bisa berkata, “oke, mama bantu beresin ya mainannya, kita break main dulu.” Hal ini membuat anak belajar bahwa orangtua saat memberikan aturan atau instruksi perlu didengarkan.
Apabila anak menangis, tantrum dan marah-marah dalam proses mengikuti instruksi. Hal yang perlu dipahami adalah anak sedang belajar. Tidak apa mereka saat sedang belajar meregulasi emosi anak meluapkannya dengan menangis. Hal penting yang perlu orangtua lakukan adalah tetap tenang dan berusaha untuk memvalidasi perasaan anak. Misalnya, kita bisa berkata, “Adik marah yaa karena masih ingin bermain. Oke, Mama tunggu adik tenang lalu mandi yaa.” atau, “Adik marah ya karena masih ingin bermain, namun sekarang kita waktunya mandi, adik bisa main lagi nanti setelah mandi”. Memvalidasi perasaan anak dan tetap tenang sangat penting untuk membuat anak merasa dipahami, didengarkan, dan akhirnya anak pun mulai memahami orangtua. Penerapan positive disiplin tidaklah mudah, namun apabila dilakukan dengan konsisten dan benar hal ini akan mempererat hubungan anak dan orangtua, dan mengurangi masalah karena anak tidak mau menuruti aturan dan instruksi yang diberikan.
Oleh: Tim BehaviorPALS Center
Daftar Pustaka:
https://www.youtube.com/watch?v=zKBmFq6t1XQ
https://srhd.org/media/documents/What20is20Positive20Discipline1.pdf
disiplin, pengasuhan, keterampilan adaptif
Children 4 Years - 6 Years / 4 Tahun - 6 Tahun / Parenting / Pola Asuh / Family / Keluarga / Bagaimana mendisiplinkan anak?
Comments