Bagaimana Mengajarkan Pendidikan Seks Sejak Dini ?
Pendidikan seks sejak dini menjadi sangat penting untuk dilakukan orangtua. Paparan teknologi dan internet tanpa dibarengi dengan pengawasan dan pemberian edukasi yang tepat pada anak dapat membuat anak rentan untuk tidak sengaja mengkonsumsi konten-konten yang tidak sesuai dengan usianya, seperti konten pornografi. Selain itu, tanpa pengawasan dan pemberian edukasi yang tepat anak dapat membuat anak semakin lebih mudah menjadi korban pelaku kejahatan seksual.
Orangtua perlu memahami bahwa penggunaan teknologi sejak dini sudah sangat sulit untuk dihindarkan. Hal ini terutama berlaku untuk Generasi Alpha yang memang disebut generasi yang paling familiar dengan teknologi. World Health Organization (WHO) sendiri telah mengeluarkan rekomendasi penggunaan layar (screen time) untuk anak. Dalam rekomendasi tersebut disebutkan untuk anak usia 0-2 tahun, tidak direkomendasikan untuk mendapatkan screentime kecuali video call. Sedangkan anak usia 2-4 tahun bisa mendapatkan screen time terbatas dan namun tidak beraktivitas dengan screentime sendiri, serta hanya menonton program yang berkualitas.
Selain mengikuti rekomendasi, orangtua juga perlu turut berperan aktif memberikan pendidikan seks sejak dini. Pendidikan seks ini dapat dimulai sedini mungkin, bahkan sejak anak belum dapat berbicara. Hal-hal yang orangtua dapat lakukan yang merupakan bagian dari pendidikan seks dini diantaranya:
- Menyebutkan nama alat kelamin secara benar
Saat akan membuka atau membantu membersihkan alat kelamin dan Anda ingin meminta izin gunakanlah nama yang benar. Misalnya, katakan “Ibu mau lap penis kamu dulu ya”. Tidak disarankan untuk menggunakan kata kiasan misalnya menggunakan kata burung untuk menggantikan kata penis. Orang tua juga disarankan untuk menggunakan nada bicara yang normal tidak menggunakan nada seperti seksual adalah hal yang menjijikan atau memalukan.
- Biasakan meminta izin jika hendak membuka atau memegang alat seksual
Sejak anak masih bayi, biasakan untuk meminta izin apabila ingin mengganti popok, mengelap alat kelamin, dan mengganti celana anak. Hal ini untuk membiasakan bahwa hal tersebut adalah bagian dari privasi anak, maka perlu meminta izin. Pembiasaan meminta izin ini juga dapat membuat anak untuk terbiasa mendengar kata izin dan meminta izin di kemudian harinya.
- Ajarkan bahwa ia dapat berkata “tidak” saat merasa tidak nyaman.
Keterampilan advokasi diri dengan berkata tidak saat anak merasa tidak nyaman dapat juga menjadi bagian dari pendidikan seks dini anak. Orangtua dapat mengajarkan ini dengan melakukan bermain peran (role play), menonton dan membaca buku bersama yang memiliki situasi yang dirasa tepat. Setelahnya, orangtua dapat berdiskusi dengan pertama bertanya apa yang ditangkap anak lalu memberikan penjelasan yang dapat dimengerti anak.
- Izinkan anak untuk mengeksplorasi dan bertanya terkait seksualitas.
Saat anak bertanya terkait organ seksual, izinkan anak bertanya dan jawab dengan sederhana. Jangan dilarang-larang atau membuat seperti hal ini adalah hal yang tabu. Saat orangtua bersikap seakan-akan hal ini adalah hal yang terlarang dan tabu, hal ini justru akan memancing rasa ingin tahu dan penasaran. Anak juga dapat berusaha untuk mencari jawaban di selain orangtua. Orangtua merupakan tempat paling aman untuk anak bertanya.
- Jangan izinkan anak untuk mengakses internet tanpa pengawasan orangtua.
Saat ini melalui internet, orang dapat mengakses berbagai informasi. Termasuk anak-anak, walaupun mereka menonton video kartun dan musik anak, namun ada kemungkinan anak juga tidak sengaja melihat iklan yang tidak sesuai usia mereka, ataupun meng-klik link yang membawa mereka ke situs dan informasi yang tidak sesuai dengan mereka seperti situs dengan konten seksual dan agresi. Oleh karena itu, saat anak mengakses Internet, anak perlu selalu diawasi dan melakukannya bersama orangtua. Sehingga, orangtua dapat mencegah apabila ada ketidaksengajaan meng-klik link dan orangta juga bisa mengedukasi anak akan cara berinternet yang aman. Hal yang sering terjadi dan cukup berisiko adalah anak mendapatkan screen time supaya orangtua dapat melakukan kegiatan lain dengan tenang.
Menjadi orangtua di era teknologi dan internet memberi banyak kemudahan, namun bersamaan dengan itu juga banyak resiko. Pendidikan seks dini yang benar dapat mencegah berbagai resiko kejahatan dan perilaku seksual yang tidak sesuai.
Ditulis oleh:
Kunthi Kumalasari Hardi, M.Ed., BCBA. dari BehaviorPALS Center
Daftar pustaka:
ASTUTI, Budi; SUGIYATNO, Sugiyatno; AMINAH, Siti. The development of early childhood sex education materials for early childhood education (ECE) teachers. JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), [S.l.], v. 4, n. 2, p. 113-120, nov. 2017. ISSN 2477-2992. Available at: <https://journal.uny.ac.id/index.php/jppm/article/view/14869>. Date accessed: 15 apr. 2022. doi:https://doi.org/10.21831/jppm.v4i2.14869.
New who guidance: Very limited daily screen time recommended for children under 5. WHO guidance limit screen time for children. (n.d.). Retrieved March 15, 2022, from https://www.aoa.org/news/clinical-eye-care/public-health/screen-time-for-children-under-5?sso=y
pendidikan seks, anak, internet
Toddler 18 Months - 24 Months / 18 Bulan - 24 Bulan (Batita) / Psychological Development / Tumbuh Kembang Psikologis / Education / Pendidikan / Bagaimana Mengajarkan Pendidikan Seks Sejak Dini ?
Comments