Apakah vaksin menyebabkan autisme?
Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi perilaku, komunikasi, dan keterampilan sosial seseorang. Terminologi “spectrum” mengacu pada variasi gejala, keterampilan, serta tingat keberfungsian individu yang dapat berdampak pada individu dengan autisme. Salah satu miskonsepsi mengenai autisme adalah bahwa kondisi ini disebabkan oleh pemberian vaksin, khususnya vaksin MMR (Measles, Mumps, dan Rubella).
Apa itu vaksin MMR?
Vaksin MMR melindungi individu dari penyakit campak (measles), gondongan (mumps), dan rubella. Penyakit tersebut merupakan penyakit menular yang dapat menginfeksi anak-anak dan orang dewasa. Di Indonesia, vaksin ini diberikan pada anak usia 9 bulan hingga 14-15 tahun. Efek samping vaksin ini dapat berupa demam ringan, ruam, bengkak, atau nyeri di area suntikan. Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), ini merupakan reaksi normal vaksinasi dan biasanya hilang dalam 2-3 hari.
Apakah efek samping vaksin termasuk terkena autisme?
Tidak, vaksin MMR tidak menyebabkan autisme. Bukti ilmiah telah membuktikan bahwa tidak ada keterkaitan antara vaksin MMR dengan kondisi autisme (Oxford Vaccine Group, 2013). Miskonsepsi ini didasari oleh penelitian Andrew Wakefield yang mengklaim dari hasi penelitiannya bahwa ada keterkaitan antara vaksin dengan kondisi regresi perkembangan yang sebagaimana ditunjukkan dalam autisme. Klaim ini diikuti oleh sejumlah penelitian yang menunjukkan hasil sebaliknya: bahwa tidak ada keterkaitan antara vaksin dan autisme. Investigasi berlanjut terhadap penelitian Wakefield mengungkapkan bahwa penelitian tersebut tidak mengikuti kaidah penelitian ilmiah, sehingga penelitian tersebut ditarik dari jurnal yang mempublikasikannya. Semenjak itu, banyak penelitian yang mendukung bahwa tidak adanya keterkaitan antara pemberian vaksin terhadap autisme.
Lalu apa penyebab autisme?
Belum diketahui dengan pasti penyebab dari autisme. Para peneliti sejauh ini memperkirakan adanya peran genetik dan lingkungan yang mempengaruhi. Penelitian menunjukkan bahwa adanya gangguan pada masa awal perkembangan otak dapat bepengaruh pada pada kondisi autisme. Sementara faktor lingkungan yang diperkirakan mempengaruhi proses perkembanagn dan keperfungsian gen, hingga saat ini belum ditemukan kondisi lingkungan spesifik yang menyebabkan autisme.
Pentingnya deteksi dini
Perlu dicatat bahwa skrining berbeda dengan diagnosis. Skrining membantu orang tua untuk mengetahui apakah evaluasi lebih lanjut oleh pakar profesioanl dibutuhkan. Tidak ada risiko dalam proses skrining anak untuk autisme. Skrining autisme sebaiknya dilakukan untuk semua anak, sehingga jika hasil skrining menunjukkan adanya red flags, anak dapat menerima evaluasi lanjutkan untuk mengonfirmasi ada atau tidaknya diagnosis autisme. Deteksi dini penting karena penelitian menunjukkan intervensi dini untuk anak dengan autisme menunjukkan hasil terbaik jika dilakukan sejak dini.
Ke mana saya bisa konsultasi terkait tumbuh kembang anak saya?
Disarankan untuk orang tua berkonsultasi ke dokter spesialis anak, psikiatri anak, atau psikolog anak, jika ingin dilakukan evaluasi menyeluruh mengenai kondisi anak Anda.
Tiara Putri, MS. BCBA.
BehaviorPALS
Referensi:
IDAI | Daftar Pertanyaan Seputar Imunisasi Campak/Measles dan Rubella (MR). (n.d.). Www.idai.or.id. Retrieved April 3, 2022, from https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/daftar-pertanyaan-seputar-imunisasi-campak/measles-dan-rubella-mr
Oxford Vaccine Group. (2013). MMR Vaccine (Measles, Mumps and Rubella Vaccine) | Vaccine Knowledge. Ox.ac.uk. https://vk.ovg.ox.ac.uk/vk/mmr-vaccine
Ahearn, W. H. (2010). What every behavior analyst should know about the “MMR causes Autism” hypothesis. Behavior Analysis in Practice, 3(1), 46-50.
vaksin, autisme, MMR
Special Needs / Berkebutuhan Khusus / Vaccines / Vaksin / Health / Kesehatan / Apakah vaksin menyebabkan autisme?
Comments